Hidup Berkah dengan Syariat Kaffah (Tafsir QS Al-A’raf Ayat 96)

Oleh : Kartinah Taheer

Suaramubalighah.com, Telaah Qur’an – Kesejahteraan dan keberkahan dalam hidup adalah dambaan setiap insan. Bukan hanya di dunia, tapi juga di akhirat. Semboyan ‘bahagia dunia akhirat’ itulah yang diinginkan bagi setiap manusia yang berakal sehat. Keberkahan maknanya bertambahnya kebaikan. Namun sayang dalam kehidupan sekuler liberal hari ini justru yang terjadi adalah kesempitan hidup. Berbagai problem kehidupan seolah tak kunjung hilang, seperti maraknya judi online yang berujung pada kehancuran keluarga dan generasi. Sesuatu yang jelas haram tanpa ada perbedaan pendapat di kalangan ulama menjadi suatu yang dikerjakan, dianggap biasa tanpa dosa. Bahkan keharaman tersebut telah menjadi rangking satu di negeri yang mayoritas muslim yakni Indonesia. Lantas dari mana datang keberkahan?

Jika keharaman tumbuh subur pasti kehidupan jauh dari keberkahan. Sebaliknya jika iman dan takwa yang dipupuk pastilah keberkahan hidup akan dirasakan oleh manusia. Hal ini sebagaimana yang difirmankan Allah,

وَلَوۡ اَنَّ اَهۡلَ الۡقُرٰٓى اٰمَنُوۡا وَاتَّقَوۡا لَـفَتَحۡنَا عَلَيۡهِمۡ بَرَكٰتٍ مِّنَ السَّمَآءِ وَالۡاَرۡضِ وَلٰـكِنۡ كَذَّبُوۡا فَاَخَذۡنٰهُمۡ بِمَا كَانُوۡا يَكۡسِبُوۡنَ‏

“Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan” (QS Al-A’Raf: 96)

Ibnu katsir dalam Tafsir Al-Qur’ân Al-Adzhīm menyatakan,

}وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُوا وَاتَّقَوْا{

أَيْ: آمَنَتْ قُلُوبُهُمْ بِمَا جَاءَتْهُمْ بِهِ الرُّسُلُ، وَصَدَّقَتْ بِهِ وَاتَّبَعَتْهُ، وَاتَّقَوْا بِفِعْلِ الطَّاعَاتِ وَتَرْكِ الْمُحَرَّمَاتِ


Yaitu hati mereka beriman kepada apa yang disampaikan oleh Rasul-Rasul, membenarkannya, mengikutinya, dan bertakwa dengan mengerjakan amal-amal ketaatan dan meninggalkan semua yang diharamkan.

{لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالأرْضِ}

“Pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi” (Al-A’raf: 96)

أَيْ: قَطْرَ السَّمَاءِ وَنَبَاتَ الْأَرْضِ

Maksudnya hujan dari langit dan tetumbuhan dari bumi.

{وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ}

“Tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya”(Al-A’raf: 96)

أَيْ: وَلَكِنْ كَذَّبُوا رُسُلَهُمْ، فَعَاقَبْنَاهُمْ بِالْهَلَاكِ عَلَى مَا كَسَبُوا مِنَ الْمَآثِمِ وَالْمَحَارِمِ.

Artinya, tetapi mereka mendustakan rasul-rasul-Nya, maka kami siksa mereka dengan menimpakan kebinasaan atas mereka karena perbuatan-perbuatan dosa dan hal-hal haram yang mereka kerjakan.

Senada dengan Ibnu katsir, Fahrudin Ar-Razi menyatakan,

ولَوْ أنَّ أهْلَ القُرى آمَنُوا:  أيْ آمَنُوا بِاللَّهِ ومَلائِكَتِهِ وكُتُبِهِ ورُسُلِهِ واليَوْمِ الآخِرِ (واتَّقَوْا) ما نَهى اللَّهُ عَنْهُ وحَرَّمَهُ

Yakni mereka beriman kepada Allah dan malaikat-Nya, Kitab-Nya, Rasul-Nya dan hari akhir, serta meninggalkan apa yang Allah larang dan haramkan.

Dari penjelasan tersebut bahwa keimanan dan ketakwaan itulah yang akan mengantarkan datangnya banyak keberkahan Allah turunkan dari langit dan bumi. Hanya saja keimanan di sini adalah ketundukan yang totalitas terhadap semua yang Allah perintahkan dan meninggalkan semua yang Allah larang. Baik itu yang berkaitan dengan ibadah secara khusus kepada Allah atau pengaturan interaksi sosial ekonomi di tengah masyarakat. Termasuk di sini adalah  persoalan politik pemerintahan dalam negeri maupun luar negeri. Karena sejatinya manusia diperintahkan masuk ke dalam Islam secara kafah.

Hanya saja  cakupan iman dan takwa tidak dicukupkan pada individu-individu yang bertakwa. Tetapi mencakup masyarakat dan negara yang harus tunduk secara totalitas pada pengaturan Al-Khaliq. Negaralah yang mengatur interaksi yang terjadi di tengah masyarakat. Negara yang mengatur persoalan ekonomi, sosial , pendidikan dan pengurusan yang lainnya. Pengaturan ini harus bersumber pada syariatnya Allah. Di satu sisi masyarakat senantiasa melakukan amar makruf nahi mungkar dan koreksi terhadap penguasa atau muhasabah. Jadi halal dan haram menjadi pedoman bersama baik oleh individu masyarakat maupun negara. Maka tidak akan terjadi sesuatu yang jelas haram seperti judi menjamur di tengah masyarakat, apalagi difasilitasi negara bahkan pelakunya juga pejabat negara. Sebaliknya sesuatu yang diwajibkan ditumbuhsuburkan. Negara dengan segala perangkatnya akan memupuk ketakwaan. Ketakwaan berujung berkah. Maka dari sinilah akan terwujud baldatun thoyyibatun wa rabbun ghafur.

Hanya saja ketika saat ini umat Islam hidup dalam kehidupan sekuler maka cara pandang terhadap agamanya pun menjadi sekuler. Sekadar taat pada aturan ibadah dalam hubungannya dengan sang pencipta, tetapi di sisi lain membebaskan dirinya dengan  gaya hidup bebas sekuler ala barat. Pun pengaturan masyarakat oleh negara berdasarkan juga berdasarkan prinsip sekulerisme.  Negara bukan hanya tidak menjalankan syariat Islam secara kafah. Tetapi justru negara membuka peluang sebanyak-banyaknya untuk kemaksiatan. Walhasil bukan keberkahan yang dihasilkan tapi sebaliknya kesempitan hidup. Karena berpaling dari peringatan Allah. Sebagaimana dalam firman-Nya,

وَمَنْ أَعْرَضَ عَن ذِكْرِى فَإِنَّ لَهُۥ مَعِيشَةً ضَنكًا وَنَحْشُرُهُۥ يَوْمَ ٱلْقِيَٰمَةِ أَعْمَىٰ

Artinya: “Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta”. (QS Thaha Ayat 124)

Demikian juga Allah akan timpakan fasad karena perbuatan manusia yang meninggalakn ayat-ayat Allah.

ظَهَرَ ٱلْفَسَادُ فِى ٱلْبَرِّ وَٱلْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِى ٱلنَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعْضَ ٱلَّذِى عَمِلُوا۟ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ

Artinya: “Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”. (QS Ruum: 41)



Penerapan sistem kenegaraan demokrasi yang berasaskan sekuler hari ini meniscayakan terjadinya fasad dan kesempitan hidup sebagaimana yang dinyatakan dalam dua ayat tersebut. Karena itu adalah pangkal dari segala pangkal kerusakan. Karena itu jika umat manusia ini ingin menghilangkan fasad dan mendambakan keberkahan dunia akhirat  tidak ada jalan lain kecuali kembali pada pengaturan Rabb mereka dalam penerapan aturan-Nya secara kafah dalam negara Khilafah Islamiah. Wallahu a’lam bishshawab.

[SM/Ln]