Oleh Mahganipatra
Suaramubalighah.com, Opini – Di tengah-tengah kondisi umat Islam di Palestina yang hancur lebur akibat genosida entitas Zionis, viral di sosial media 5 orang pemuda NU berkunjung ke Israel. Dengan dalih untuk perdamaian dan peduli terhadap umat, mereka hadir dalam agenda dialog antariman yang digagas oleh entitas Zionis dan sekutunya.
Menurut Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Yahya Cholil Staquf saat memberikan klarifikasi, pihak yang memberi undangan kepada 5 orang Nahdliyin untuk terbang ke Israel bertemu Presiden Isaac Herzog adalah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) atau Non Governmental Organization (NGO) yang terafiliasi oleh Israel.
Walaupun mereka bagian dari aktivis NU, namun pihak PBNU sendiri mengaku tidak tahu-menahu masalah kunjungan ini. Tapi ibarat peribahasa “nasi sudah menjadi bubur,” sebagai bentuk pertanggungjawaban, akhirnya pihak PBNU pun memohon maaf kepada seluruh umat Islam atas ketidakpatutan pada kunjungan tersebut, dan berjanji akan memberikan sanksi yang tegas sesuai dengan aturan organisasi kepada kelima aktivis tersebut (www.detik.com, 16-7-2024).
Menilik dari fenomena kasus ini, semestinya umat Islam tidak cukup hanya merasa marah dan sakit hati. Tetapi seharusnya makin waspada, sebab propaganda liberalisme hingga hari ini, terbukti makin masif menyasar seluruh aspek kehidupan. Mulai dari tataran ide dengan berbagai sarana media sampai pada tahap legalitas hukum yang melibatkan para intelektual muslim yang berdampak pada perilaku “bodoh” mereka, yang bersedia dengan suka rela ikut berpartisipasi mengubah mainstream berpikir mayoritas umat Islam agar masuk ke dalam perangkap Barat. Misalnya, melalui cara membangun citra hingga profil sesuai dengan kepentingan Barat yang telah sukses menyuntikkan virus sekularisme dan liberalisme di kalangan para intelektual muslim tersebut.
Liberalisme Alat Barat untuk Memecah Belah Umat
Hilangnya sense of crisis dan ukhuwah Islamiah dari 5 pemuda NU terhadap penderitaan dan pembantaian atas kaum muslim yang terjadi di Palestina maupun di seluruh dunia saat ini. Hingga mereka bersedia berafiliasi dengan LSM/NGO (negara-negara pendonor) untuk menyebarkan dan membentuk pola pikir serta pola sikap yang pragmatis dan sekularis, yang rela berdiri di atas mayat-mayat saudaranya sendiri. Ini menjelaskan dengan terang benderang, bagaimana batilnya pengaruh paham liberalisme terhadap sikap dan komitmen manusia. Paradigma kehidupan yang berasaskan pada pemahaman sekuler dan liberal, telah nyata menggerus sisi syaksiyah (kepribadian) individu muslim serta memecah belah umat Islam.
Cara pandang mereka yang sekuler dan liberal juga telah merusak tatanan kehidupan sosial masyarakat. Strategi stick and carrot yang dipakai oleh Barat, membuat mereka tergiur untuk berkunjung ke Israel meski harus ditebus dengan cara yang sangat memalukan. Membangun citra positif Zionis demi memuluskan kepentingan politik dan menjadi corong media mereka untuk membuat framing opini ke seluruh dunia. Tidak peduli walaupun harus berhadapan dengan seluruh umat Islam di dunia. Padahal sudah jelas kebrutalan Zionis melakukan genosida terhadap warga Palestina yang notabene adalah saudara sesama muslim.
Sungguh ironis, tapi demikianlah bukti keji dari pengaruh pemikiran liberal. Pelan tapi pasti pemikiran liberal telah mampu mengubah arah pandang umat Islam agar mengikuti agenda Barat. Seluruh aspek kehidupan umat Islam akan diliberalkan; kepemilikan, keyakinan, pemikiran dan perilaku, semuanya akan di desain sesuai dengan agenda Barat untuk tujuan utamanya, yaitu mendukung penyebaran ideologi kapitalisme-sekuler di seluruh dunia termasuk dunia Islam. Oleh karena itu agenda liberalisasi menjadi alat bagi Barat untuk menyebarkan dan melanggengkan penjajah ideologi kapitalisme-sekuler terhadap negeri-negeri muslim.
Bahaya Liberalisme bagi Umat Islam
Secara umum agenda liberalisasi akan berpengaruh pada kerusakan di seluruh aspek kehidupan riil umat Islam. Baik di level individu, masyarakat maupun negara. Kurangnya kesadaran masyarakat terhadap politik Islam , pemahaman konstelasi dan geopolitik umat akan melahirkan kehidupan masyarakat yang pragmatis, materialis, permisif dan hedonis.
Secara fakta, masifnya upaya liberalisasi para penguasa muslim hari ini di seluruh aspek kehidupan umat, bukan hanya melahirkan kesenjangan sosial, tapi juga telah menciptakan penyakit sosial dan menghancurkan moral masyarakat. Membawa umat pada perpecahan yang tidak berujung dan juga telah menghantarkan umat pada kehidupan yang tidak sesuai dengan fitrah mereka sebagai hamba Allah SWT. Padahal Allah SWT telah berfirman;
وَٱعۡتَصِمُواْ بِحَبۡلِ ٱللَّهِ جَمِيعٗا وَلَا تَفَرَّقُواْۚ وَٱذۡكُرُواْ نِعۡمَتَ ٱللَّهِ عَلَيۡكُمۡ إِذۡ كُنتُمۡ أَعۡدَآءٗ فَأَلَّفَ بَيۡنَ قُلُوبِكُمۡ فَأَصۡبَحۡتُم بِنِعۡمَتِهِۦٓ إِخۡوَٰنٗا
Artinya: “Dan berpegangteguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliah) bermusuhan, lalu Allah mempersatukan hatimu, sehingga dengan karunia-Nya kamu menjadi bersaudara,” (QS Ali Imran: 103)
Faktanya, orang-orang seperti mereka, memang dibentuk untuk menjadi media dan corong umat untuk menjadi agen-agen lokal yang berfungsi untuk menyebarkan pemikiran-pemikiran Barat yang menyesatkan umat Islam dari pemikiran Islam yang sahih. Walhasil setiap persoalan yang terjadi di tengah-tengah umat Islam hanya dipandang sebatas konflik dengan kacamata ideologi kapitalisme-sekuler, yang minim solusi bahkan terkadang justru diarahkan pada stigma negatif terhadap Islam dan ajarannya. Hal ini justru makin menambah pelik persoalan.
Nafsu untuk berkuasa, nyatanya telah menghancurkan akal dan nilai-nilai mulia yang diajarkan oleh Islam. Demi pamor mereka rela “dibranding” (ditokohkan) sebagai person-person tertentu, baik sebagai tokoh intelektual, tokoh agama atau tokoh masyarakat agar menjadi rujukan umat. Tidak peduli walaupun ide yang harus disampaikan bernuansa liberal ini akan mengancam dan menghancurkan keutuhan pemikiran serta persatuan umat Islam.
Oleh karena itu, penting bagi umat menyadari hal ini. Umat Islam harus memiliki daya imunitas yang tinggi untuk membuang ide liberal yang sesat. Umat harus membangun kesadaran politik Islam agar bisa membuang jauh-jauh ide batil ini. Para ulama dan tokoh masyarakat harus segera bangkit, melipatgandakan kekuatan dan semangat untuk mengajak dan membimbing umat Islam agar kembali kepada pemikiran dan ajaran Islam yang sahih.
Para tokoh harus terus berjuang tak kenal lelah, membangun kesadaran umat Islam untuk mewujudkan sistem Islam kaffah (Khilafah). Baik melalui wasilah media massa maupun uslub (tehnik) regulasi kebijakan yang bertumpu pada kesadaran akan pentingnya menjadikan syariah Islam sebagai satu-satunya sistem aturan di seluruh aspek kehidupan. Sistem ini akan diterapkan oleh institusi negara yaitu negara Khilafah Islamiah.
Wallahu a’lam bish-shawab