Oleh : Nabila Asy Syaf’i
Suaramubalighah.com, Muslimah Inspiratif- Dalam dakwahnya Rasulullah SAW, menghadapi berbagai rintangan , tekanan, intimidasi bahkan ancaman pembunuhan dari orang -orang kafir Quraish. Namun Rasulullah SAW tak pernah surut selangkahpun. Semua dihadapi dengan tegar dan penuh kesabaran. Rasulullah SAW terus menyebar Islam di tengah-tengah manusia.
Tatkala musim haji tiba Rasulullah SAW menawarkan Islam dan kepemimpinannya kepada para kabilah -kabilah yang sedang berhaji. Hingga akhirnya ada suku Aus dan Khajraj dari Madinah yang menerima dakwah Rasulullah SAW, dan bersedia menyerahkan keepemimpinnya ke Rasulullah SAW, dengan ditandai adanya baiahAqobah. Setahun setelah baiah Aqabah Rasulullah SAW diperintahkan oleh Allah SWT untuk berhijrah ke Madinah.
Dalam perjalanan hijah ke Madinah inilah Rasulullah SAW berjumpa dengan seorang wanita yang baik hati, tekun, ulet dan sabar, dia adalah Ummu Ma’badalKhuza’iyyah.
MENGENAL SEKILAS SOSOK UMMU MA’BAD AL KHUZA’IYYAH
Ummu Ma’bad Al-Khuza’iyah, nama aslinya adalah Atikah bintu Khalid bin Khalif bin Munqidz bin Rabi’ah bin Ashram bin Dhabis bin Haram bin Habsyiyah bin Salul bin Ka’b bin ‘Amr dari Khuza’ah. Dia menikah dengan sepupunya, Tamim bin ‘Abdil ‘Uzza bin Munqidz bin Rabi’ah bin Ashram bin Dhabis bin Haram bin Habsyiyah bin Salul bin Ka’b bin ‘Amr dari Khuza’ah. Mereka dikaruniai seorang anak yang mereka beri nama Ma’bad. Dengan nama inilah mereka berkunyah.
Mereka berdua tinggal di Qudaid, antara Makkah dan Madinah. Ummu Ma’bad adalah seorang wanita yang tekun dan ulet. Dia biasa duduk di serambi tendanya, memberi makanan dan minuman kepada siapa pun yang melewati tendanya.
Ummu Ma’bad di masa Jahiliyah, tidak dikenal. Ia hanyalah seorang wanita sederhana. Ia hanya dikenal oleh orang-orang di lingkungam tenda miliknya, dan keluarga kabilah yang ada disekitarnya.
Namun, Ummu Ma’bad menjadi salah seorang wanita ternama dalam Islam kala Nabi Muhammad SAW bertamu di tempatnya. Saat Nabi di tengah perjalanan hijrah penuh berkah menuju Madinah Al-Munawwarah.
Kisah Ummu Ma’bad ini sangat masyhur, diriwayatkan dari banyak riwayat yang saling menguatkan satu dengan lainnya. Ummu Ma’bad kemudian masuk Islam bersama suami dan saudaranya, Hubaisyibnal-Asy’ar yang syahid dalam peristiwa Fathu Makkah. Ibnu al-Jauzy berkata, setelah keislamannya, Ummu Ma’bad dan suaminya ikut Hijrah ke Madinah.
Ummu Ma’bad dikaruniai usia cukup panjang, beliau wafat pada masa pemerintahan Umar.
PERJUMPAAN UMMU MA’BAD DENGAN RASULULLAH SAW
Waktu itu, Rasulullah dan Abu Bakar sedang menempuh perjalanan berhijrah ke Madinah. Setelah bersembunyi selama tiga hari dalam gua Tsur. Maka Rasulullah SAW dan Abu Bakar melanjutkan perjalanannya. Dan budak Abu Bakr, ‘Amr bin Fuhairah, juga seorang penunjuk jalan, Abdullah bin ‘Uraiqith Al-Laitsi yang datang pada hari yang ditentukan membawa dua tunggangan milik Rasulullah dan Abu Bakar turut menyertainya.
Saat mereka di Qudaid. Berempat mereka singgah di tenda Ummu Ma’bad. Rasulullah dan Abu Bakr menanyakan apakah ada makan dan minuman yang Ummu Ma’bad miliki. Mereka hendak membelinya.
Ummu Ma’bad menjawab, ” Demi Allah seandainya kami masih punya sesuatu, maka kami tidak akan segan-segan menjamu kalian. Domba tidak lagi mengeluarkan susu karena tahun ini sangat kering.”
Rasulullah melihat seekor domba betina kurus di samping tenda, dan bertanya, “Mengapa domba ini ada disini ?” Ummu Ma’bad menjawab “ Domba itu tidak bisa ikut kawanannya karena tidak sanggup lagi berjalan jauh.” Rasulullah SAW bertanya lagi, ” Apakah masih ada susunya?” “Tidak mungkin lagi mengeluarkan susu,” jawab Ummu Ma’bad.
“Apakah engkau izinkan bila kuperah susunya?” tanya Rasulullah . “Boleh, demi ayah dan ibuku,” jawab Ummu Ma’bad. “Bila kau lihat dia masih bisa diperah susunya, perahlah!”
Rasulullah mengusap kantong susu kambing betina itu sambil menyebut nama Allah dan berdoa. Seketika itu juga, kantong susu kambing betina itu menggembung dan membesar. Rasulullah meminta bejana pada Ummu Ma’bad, lalu memerah susu kambing itu dalam bejana hingga penuh. Rasulullah menyerahkan bejana itu pada Ummu Ma’bad. Ummu Ma’bad pun meminum susu itu hingga kenyang. Setelah itu beliau memberikannya kepada yang lainnya hingga mereka pun kenyang. Barulah beliau minum susu itu.
Rasulullah memerah susu kambing itu lagi hingga bejana memenuhi bejana. Beliau tinggalkan bejana yang penuh berisi susu itu untuk Ummu Ma’bad, kemudian mereka melanjutkan perjalanan.
Tak lama kemudian, suami Ummu Ma’bad datang sambil menggiring kambing-kambing yang kurus dan lemah. Ketika melihat bejana berisi susu, dia bertanya keheranan, “Dari mana susu ini? Padahal kambing-kambing kita tidak beranak dan di rumah tak ada kambing yang bisa diperah!”
“Demi Allah,” kata Ummu Ma’bad. “Tadi ada seseorang yang penuh berkah lewat di sini. Di antara ucapannya, begini dan begini.”
“Demi Allah,” sahut Abu Ma’bad, “Aku yakin, dialah salah seorang Quraisy yang sedang mereka cari-cari ! Ceritakankan padaku, bagaimana ciri-cirinya, wahai Ummu Ma’bad!”
Ummu Ma’bad pun menjelaskan, sifat Rasulullah yang dilihatnya, “Dia sangat tampan . Wajahnya memancarkan sinar. Bagus perawakannya, tidak gemuk, tidak kecil kepalanya, tampan rupawan. Bola matanya hitam legam, bulu matanya panjang. Suaranya nyaring , dan lehernya jenjang. Jenggotnya lebat, matanya jeli bagaikan bercelak. Alisnya panjang melengkung dengan kedua ujung yang bertemu, rambutnya hitam legam. Bila diam, dia tampak berwibawa, bila berbicara tampak menakjubkan. Amat bagus dan elok dilihat dari kejauhan, amat tampan dipandang dari dekat. Manis tutur katanya, tidak pendiam, tidak pula banyak bicara yang tak berguna. ucapannya bak untaian marjan. Perawakannya sedang, tidak dipandang remeh karena pendek, tak pula enggan mata memandangnya karena terlalu tinggi. Dia bagai pertengahan antara dua dahan, dia yang paling tampan dan paling mulia dari ketiga temannya yang lain. Dia memiliki teman-teman yang mengelilinginya. Bila dia berbicara, mereka mendengarkan ucapannya baik-baik. Bila dia memerintahkan sesuatu, mereka dengan segera melayani dan menaati perintahnya. Dia benar-benar diseganindan pantas menjadi pemimpin yang disenangi pengikut -pengikutnya. Dia tak pernah bermuka masam dan tak suka mengeluh .”
Mendengar penjelasan itu, Abu Ma’bad berkata , “Demi Allah, itulah ciri-ciri orang yang sedang dicari oleh orang-orang Quraish, karena alasan-alasan yang telah mereka terangkan. Sejak awal aku sudah tertarik dan ingin menjadi pengikutnya, dan jika ada kesempatan maka aku akan melakukan. ”
Iman telah singgah di hati Ummu Ma’bad sejak detik pertama mendengar dan melihat Rasulullah. Buktinya saat sejumlah pemuda Quraisy melintas dan menanyakan Rasulullah kepadanya, yang saat itu tengah mengejar Rasulullah. Ummu Ma’bad mengkhawatirkan beliau lalu ia pun mengelabui mereka. Ia berkata kepada mereka, “Kalian menanyakan sesuatu yang tidak pernah kudengar sejak setahun yang lalu .”
UMMU MA’BAD MASUK ISLAM
Ummu Ma’bad terkesima oleh berkah-berkah yang ia lihat dari Rasulullah. Tidak lama setelah itu, ia bersama suaminya datang lalu menyatakan keislaman dan berbaiat kepada Rasulullah.
Ummu Ma’bad hidup dengan keimanan yang luat, rajin shalat malam, berpuasa, dan beribadah kepada Allah, sehingga hatinya penuh dengan kebahagiaan dan ketenangan.
Ummu Ma’bad begitu gembira tatkala mendengar kemenangan kaum muslimin atas musuh-musuhnya, dan sangat sedih ketika mendengar berita sebaliknya. Hatinya selalu terpaut dengan Islam dan kaum muslimin.
Suatu hari, hati Ummu Ma’bad sangat sedih, murung wajahnya, dan air mata terus mengalir, hari dimana Rasulullah SAW wafat. Sungguh kesedihan yang mendalam. Ummu Ma’bad teringat saat Rasulullah SAW singgah ke tendanya di sela perjalanan hijrah penuh berkah. Namun Ummu Ma’bad sadar, tidak boleh larut dalam kesedihan, keridhaan adalah kunci kebaikan. Ia pun bersabar, ridha dan mengharap pahala di sisi Allah atas musibah wafatnya Rasulullah SAW, dengan berharap mendapatkan pahala orang-orang sabar.
Setelah melalui kehidupan panjang penuh berkah, akhirnya shahabat wanita yang diberkahi ini meninggal setelah mengorbankan semua yang bisa ia berikan demi agama Allah.
KHATIMAH
Ummu Ma’bad memang telah tiada, namun namanya masih dikenang hingga saat ini. Pelajaran indah bisa direguk oleh generasi selanjutnya.
Diantaraibrah yang bisa kita petik dari kisah ini adalah , betapa Islam telah mengangkat derajat semua orang muslim tanpa pandang bulu dengan ketaqwaan, siapa yang paling bertaqwa dialah yg akan mendapat kebahagiaan hakiki. Sebagaimana Ummu Ma’bad, yang semula hanya orang pedalaman yang tak dikenal, karena takdir Allah mempertemukan dengan Rasulullah SAW da dia masuk Islam, dan menjadi muslimah yang taat pada Allah dan Rasulullah SAW. Ia mendapatkan kebahagiaan dunia akhirat. InSyaAllah.
Mencintai Rasulullah SAW dengan mengenalnya lebih dekat, membaca dan memahami perjalanan hidup dan dakwahnya, istiqamah melaksanakan ajarannya, hanya mengharapkan keridhaan Allah SWT. Sebagaimana Ummu Ma’bad yang mencintai Rasulullah SAW dengan bukti taatnya Ummu Ma’bad kepada Allah SWT dan Rasulullah SAW.
Waallahua’lam