Akhlak Orang Kafir Bolehkah Dicontoh?

Tanya

Suaramubalighah.com, Tanya Jawab — Assalamu’alaikum wr. wb.

Ustazah, perkenankan saya bertanya, sebagian orang melontarkan pendapat bahwa akhlak orang kafir terkadang lebih baik daripada kaum muslimin. Seperti jujur dalam jual beli, bersikap ramah, dermawan, mencintai kebersihan, dan lain-lain. Sebagian kaum muslimin pun terpesona dan kagum dengan perilaku baik tersebut. Mereka mengatakan orang kafir bisa beramal saleh. Apakah amal saleh tersebut dapat dijadikan sebagai contoh bagi kita seorang muslim? Dan apakah yang mereka lakukan diterima di sisi Allah Ta’ala?
 

(Layyinah, Tuban-Jawa Timur)

Jawab

Wa’alaikumussalam wr. wb.

Ukhti Layyinah di Tuban yang dirahmati Allah,

Kebaikan pada dasarnya ada yang bersifat universal, artinya orang mukmin dan kafir menganggap itu sebagai kebaikan. Seperti sifat jujur, berbakti kepada orang tua, dan membantu orang miskin.

Sedangkan kebaikan yang disebut sebagai amal saleh adalah kebaikan yang sifatnya lebih spesifik menurut pandangan Islam. Artinya, kebaikan tersebut harus sesuai dengan standar dan berada dalam koridor syariat Islam.

Dari sini bisa dipahami bahwa kebaikan yang dilakukan oleh orang kafir tidak disebut sebagai amal saleh, karena tidak memenuhi syarat yaitu pelakunya harus seorang muslim. Dan tentu saja perbuatan orang kafir yang tidak berlandaskan pada keimanan, tidak boleh dijadikan contoh.

Apakah kebaikan orang kafir sia-sia saja? Kebaikan orang kafir tidak pernah sia-sia, kebaikan orang kafir mendapatkan balasan di dunia tapi tidak mendapatkan balasan di akhirat.

Orang kafir tidak mendapatkan balasan di akhirat, karena orang kafir tersebut tidak mengharapkan amalannya agar dibalas di akhirat nanti. Atau ia mengharapkan balasan tapi tidak memenuhi syarat untuk dibalas di akhirat, yaitu syarat sebagai seorang yang beragama Islam.

Allah Ta’ala berfirman:

وَقَدِمْنَا إِلَى مَا عَمِلُوا مِنْ عَمَلٍ فَجَعَلْنَاهُ هَبَاءً مَنْثُورًا

“Dan kami perlihatkan segala amal kebaikan yang dilakukan, lalu kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan.” (Al-Furqan: 23)

Imam Ibnu Katsir menjelaskan arti ayat tersebut dengan berkata: ”Ketika Allah Ta’ala menghisab amalan para hamba-Nya yang baik dan yang buruk pada hari kiamat. Pada waktu itu amalan orang-orang musyrikin yang disangka membawa kebaikan bagi mereka, ternyata tidak memiliki nilai apa pun. Hal itu disebabkan tidak terpenuhinya syarat diterimanya amalan, yaitu ikhlas hanya kepada Allah dan sesuai dengan syariat Allah.” (Tafsir Ibnu Katsir, 6/103)

Dan Allah menjelaskan dalam firman-Nya yang lain:

وَالَّذِينَ كَفَرُوا أَعْمَالُهُمْ كَسَرَابٍ بِقِيعَةٍ يَحْسَبُهُ الظَّمْآنُ مَاءً حَتَّى إِذَا جَاءَهُ لَمْ يَجِدْهُ شَيْئًا

“Dan orang-orang yang kafir kepada Allah, amal-amal yang mereka kerjakan tidaklah diberikan pahala sama sekali, ia laksana fatamorgana di tanah yang rendah lagi datar, yang dilihat dan disangka air oleh orang-orang yang sangat dahaga, lalu ia pun mendatanginya, tetapi ketika mendatanginya dia tidak mendapati apa pun.” (An-Nur: 39)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ اللهَ لَا يَظْلِمُ مُؤْمِنًا حَسَنَةً، يُعْطَى بِهَا فِي الدُّنْيَا وَيُجْزَى بِهَا فِي الْآخِرَةِ، وَأَمَّا الْكَافِرُ فَيُطْعَمُ بِحَسَنَاتِ مَا عَمِلَ بِهَا لِلَّهِ فِي الدُّنْيَا، حَتَّى إِذَا أَفْضَى إِلَى الْآخِرَةِ، لَمْ تَكُنْ لَهُ حَسَنَةٌ يُجْزَى بِهَا

“Bahwasanya Allah Ta’ala tidak menzalimi seorang mukmin atas amalan kebaikan yang dia lakukan, Allah membalas kebaikannya di dunia dan di akhirat. Adapun orang kafir Allah memberinya makanan (rezeki) di dunia sebagai balasan atas kebaikannya, akan tetapi ketika seorang di akhirat nanti, maka kebaikannya tidak ada nilainya lagi dan dia tidak mendapatkan balasan apa-apa.” (HR. Muslim, No.2162)

Imam An-Nawawi berkata: ”Seluruh ulama telah berijmak (bersepakat) bahwa seorang kafir setelah dia meninggal dunia, dia tidak mendapatkan pahala di akhirat dan tidak mendapatkan balasan atas amalan kebaikan yang dia lakukan di dunia.” (Syarah Shahih Muslim, 17/150)

Dari penjelasan dan dalil-dalil yang disebutkan, dengan jelas kita mengetahui bahwa balasan perbuatan orang kafir hanya di dunia. Dan tidak mendapatkan balasan Allah Ta’ala di akhirat karena dia tidak mengharap dari amalannya balasan di akhirat, atau amalannya tersebut tidak ikhlas karena Allah dan tidak sesuai dengan syariat Allah. Artinya, orang kafir tidak mungkin masuk surga karena amalan kebaikan yang dia lakukan tidak memenuhi syarat sebagai amal saleh yang memasukkannya ke dalam surga. Bahkan seorang muslim pun tidak mendapatkan pahala kebaikannya apabila tidak memenuhi syarat ikhlas dan sesuai syariat.

Wallahu a’lam. [SM/Ah]