Oleh: Mutiara Aini
Suaramubalighah.com, Opini – Dalam sebuah forum Peningkatan Kompetensi Ustadz pada Satuan Pendidikan Diniyah Formal (PDF), Plt Dirjen Pendidikan Islam Abu Rokhmad bekerjasama dengan kementrian agama (Kemenag) akan menyiapkan sejumlah program fasilitasi agar santri lebih aktif di dunia digital. Kegiatan ini berlangsung tiga hari, 28 – 30 April 2024. Ia mengatakan di era digital saat ini penting bagi santri untuk aktif dalam transformasi digital. Bahkan, Kemenag akan terus berupaya merespons kebutuhan pesantren dan meningkatkan mutu pendidikan dalam lingkungan PDF.
Di sisi lain, Plt Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren, Waryono Abdul Ghofur menekankan bahwa PDF merupakan bagian dari pendidikan formal dan fokus utama. Maka dari itu, wajib mematuhi standar yang berlaku, termasuk memiliki kurikulum yang jelas dan administrasi yang teratur. Ia berharap hal ini akan tercipta lingkungan yang mendukung perkembangan Pendidikan Diniyah Formal serta mengajak para ustaz dan ustazah untuk lebih mendalami kitab-kitab karya ulama Nusantara sebagai warisan intelektual yang sangat penting untuk pembentukan identitas keagamaan bangsa.
Namun ke mana arus digitalisasi hendak diarahkan?
Arus Moderasi Digital Makin Deras
Sangat disayangkan arus digitalisasi di ponpes dalam rangka moderasi beragama. Beberapa waktu lalu, wakil presiden (Wapres) Ma’ruf Amin menyatakan dakwah moderat secara digital bertujuan untuk menangkal paham-paham radikal dan merupakan bagian dari rekontekstualisasi jihad hari ini. Inilah tujuan utama di balik masifnya program pelatihan digital untuk para santri.
Sejatinya, moderasi beragama nampak jelas telah merusak syariat. Keberadaannya sengaja diaruskan Barat untuk mengahadang kebangkitan Islam. Buktinya, dengan mengatasnamakan moderasi beragama, ajaran Islam ‘Khilafah’ dimonsterisasi, ormas Islam dikriminalisasi, ulama yang menyuarakan Islam kaffah dipersekusi, bahkan pesantren dianggap sarang teroris.
Maka tak heran jika para santri selalu dijadikan objek, sebab mereka merupakan ujung tombak kebangkitan Islam yang memiliki pemahaman agama yang kuat sehingga berpotensi besar untuk membangkitkan umat. Inilah alasan sesungguhnya dari derasnya berbagai program moderasi beragama sekaligus pemandulan potensi santri, termasuk pelatihan digital seperti ini.
Sungguh memprihatinkan nasib para santri hari ini. Selain pemahamannya dikaburkan, mereka dijadikan agen yang menyebarluaskan paham moderasi di tengah umat, utamanya di ruang digital. Saat ini dunia maya begitu lekat dengan kawula muda dan dianggap sebagai ruang terampuh dalam menyebarkan berbagai paham bahkan mampu membius masyarakat utamanya para remaja. Maka tak heran, jika dunia maya menjadi ruang promosi sekaligus media untuk memperkenalkan tren terbaru.
Oleh karenanya, pelatihan digital kepada para santri merupakan salah satu cara menjadikan mereka agen-agen penyebar pemahaman Islam ala Barat. Potensi mereka dibajak untuk kepentingan rezim di negeri ini. Sehingga wajar jika umat makin jauh dari ajaran Islam yang sesungguhnya. Alih-alih mendakwahkan Islam kafah di tengah umat, tetapi justru dengan pelatihan digital ini, para santri digiring untuk menghalangi sampainya Islam kafah pada umat. Terlebih, narasi intoleran kerap kali menyudutkan umat Islam sehingga banyak umat Islam yang mengalami krisis jati diri, hingga terjangkit islamofobia. Mereka fobia terhadap ajarannya sendiri, bahkan berani menista ajaran agamanya sendiri.
Islam Menciptakan Ruang Digital Berkualitas
Konten kreator hendaknya diarahkan untuk penguatan pemahaman umat khususnya generasi muda akan Islam kaffah. Yang dibutuhkan oleh generasi muda saat ini adalah pemahaman Islam kaffah untuk bisa menjawab tantangan zaman hari ini yang sekuler dan liberal.
Konten kreator terlebih dari kalangan santri semestinya untuk menguatkan profil muslim sejati yakni profil muslim kaffah, dimana pola fikir (aqliyah) dan pola sikap (nafsiyah) berlandaskan pada Islam. Generasi muslim yang peka akan persoalan Islam dan umat Islam. Profil generasi yang terdepan dan bangga sebagai muslim, yang percaya diri bahwa Islam kaffah adalah solusi mendasar dan paripurna atas segala persoalan umat Islam saat ini. Konten kreator yang menginspirasi dan memotivasi masyarakat untuk menjadikan Islam sebagai solusi persoalan hidup dengan berpegang teguh pada syariat Islam secara kaffah.
Dalam Islam, negara wajib hadir menjadi perisai informasi sekaligus menyaring semua konten negatif yang tidak sesuai dengan syariat dan memastikan bahwa hanya informasi yang sehatlah yang layak dikonsumsi masyarakat, termasuk remaja. Maka dari itu, sebaiknya para konten kreator membuat konten yang berisi pesan-pesan dakwah yang mengajak umat pada Islam secara kaffah (menyeluruh) bukan Islam moderat yang hari ini tengah gencar disosialisasikan. Begitu juga materi yang disajikan harus bersifat mendidik, mencerahkan, dan membangkitkan pemikiran umat dengan tujuan meningkatkan keimanan, memperkuat hubungan antar umat beragama, serta menjaga keutuhan bangsa dan negara dengan berpedoman pada Al-Qur’an dan Hadis.
Hal paling penting yaitu meluruskan niat bahwa dakwah digital ini semata karena Allah. Karena, adakalanya ketenaran mudah melunturkan keikhlasan. Kemaksiatan terlanjur mewabah di setiap lini kehidupan. Sebagai manusia beriman, sudah seharusnya berani angkat bicara dan menawarkan Islam sebagai solusi untuk membebaskan umat dari jahiliah modern.
Sebagai muslim, tentunya kita berharap adanya generasi sehat dan tangguh penerus peradaban. Maka, dibutuhkan peran negara untuk membentengi setiap informasi atau pun tontonan yang hadir di tengah-tengah masyarakat dan generasi, supaya posisi strategis mereka tidak terbawa arus negatif.
كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِٱلْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ ٱلْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِٱللَّهِ
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.” (QS al-Imran: 110).
Wallahu a’lam bishshawab. [SM/Ah]