Peduli Palestina: Ramadan Bulan Palestina

Oleh: Mahganipatra

Suaramubalighah.com, Opini — Sudah lebih dari satu tahun rakyat di Jalur Gaza-Palestina menderita. Infrastruktur fasilitas kesehatan, pendidikan, dan sarana ibadah hancur lebur akibat serangan penjajah Zionis Israel. Lebih dari 48 ribu rakyat Gaza meninggal dunia dan luka-luka. Fakta inilah yang mendorong MUI (Majelis Ulama Indonesia) bersama ormas, lembaga filantropi, dan Aliansi Solidaritas Pembela Palestina bersatu dalam aksi bela Palestina dengan tajuk “Shiyam Ramadhan, Kemanusiaan dan Kemerdekaan Palestina.” (Republik.com, 19-2-2025).

Aksi ini merupakan bentuk dukungan MUI untuk memperkuat solidaritas global mendukung perjuangan kemerdekaan rakyat Palestina. MUI mendorong pemerintah Indonesia untuk terlibat langsung dalam mencari solusi yang adil dan damai. Kemudian MUI juga meminta masyarakat internasional bersama umat Islam dan masyarakat Indonesia untuk terus mengintensifkan pemboikotan terhadap produk Israel dan produk-produk yang terafiliasi kepada Israel di bulan Ramadan 1446 Hijriah.

Ramadan Bulan Peduli Palestina

Aksi solidaritas ini juga mengajak umat Islam agar terus memberikan bantuan kemanusiaan dan dukungan penuh bagi kemerdekaan Palestina. Sehingga bulan suci Ramadan ini, menjadi momentum untuk memperkuat solidaritas terhadap rakyat Palestina. 

Bulan Ramadan 2025 menjadi Bulan Palestina karena sudah 77 tahun rakyat Palestina dipaksa hidup dalam bayang-bayang penjajahan, pembantaian, dan ketidakadilan yang tak berujung. Generasi demi generasi Palestina telah lahir dan tumbuh di bawah reruntuhan, dikepung, dibunuh, dan diperlakukan seolah-olah nyawa mereka tidak lebih dari angka di dalam catatan laporan korban perang semata.

Kalaupun ada upaya solutif untuk membebaskan Palestina, namun faktanya sampai hari ini kondisinya justru makin hancur. Solusi yang ditawarkan tidak efektif dan tidak mampu menyentuh akar masalah Palestina.

Akar Masalah Palestina

Akar masalah Palestina adalah penjajahan Zionis Yahudi yang dibeking oleh negara kafir Barat penjajah, khususnya Amerika dan Inggris. Penjajahan ini hanya bisa dilenyapkan melalui aktivitas jihad. Sebab segala bentuk manfaat, baik berupa bantuan kemanusiaan seperti, bantuan obat-obatan, makanan, dan pakaian hanya dapat meringankan penderitaan rakyat Gaza yang bersifat sementara. Tidak mampu menghilangkan akar masalah yang sebenarnya, yaitu agresi militer dan penjajahan Zionis Israel di bumi Palestina.

Demikian pula dengan tekanan politik, boikot ekonomi, dan seruan-seruan internasional lainnya. Semua itu hanya sebatas lips service semata, faktanya upaya diplomasi tersebut sering kali diabaikan atau bahkan dilemahkan oleh penjajah Zionis Israel dan negara-negara besar yang mendukung penjajahan tersebut.

Solusi Palsu, Tipu Daya Barat untuk Palestina

Sejak awal solusi yang ditawarkan Barat untuk menyelesaikan konflik Israel-Palestina memang tidak pernah menyentuh akar masalah. Hal ini karena sejatinya Barat tidak pernah sungguh-sungguh ingin mengakhiri konflik Israel-Palestina. Sebaliknya, justru Barat memiliki strategi dan kepentingan untuk mempertahankan status quonya. Melalui konflik ini Barat telah berhasil menguasai umat Islam dengan menjual harapan dan mimpi bagi kemerdekaan rakyat Palestina.

Seluruh solusi yang ditawarkan, realitasnya hanyalah sekadar “mengulur waktu”. Misalnya terkait solusi; (1) Resolusi PBB yang tidak diindahkan oleh Yahudi. (2) Normalisasi hubungan dengan Yahudi sebagai pengkhianatan penguasa muslim terhadap umat Islam. (3) Bantuan kemanusiaan yang hanya mampu meringankan penderitaan sementara, tetapi tidak menghilangkan akar masalah, yaitu penjajahan dan agresi militer yang tetap dibiarkan eksis untuk membantai rakyat Palestina.

Selanjutnya, (4) Solusi dua negara (two states solution) yang dipaksakan oleh PBB dan negara Kafir Barat (AS dan Eropa) yang tidak masuk akal. Apatah layak rakyat Palestina berbagi wilayah dengan para penjajah Zionis Israel yang mencuri, merampas dan menghancurkan rumah dan tanah mereka?

Bagaimana mungkin rakyat Palestina mampu hidup di wilayah yang terus dianeksasi oleh para penjajah Zionis Yahudi yang terus menyerang, merenggut nyawa orang tua, suami-istri, anak, dan saudara-saudaranya tanpa belas kasihan. Sungguh logika tingkat dewa yang ngawur dan penuh kepura-puraan.

Kemudian, (5) Gagasan Internasionalisasi Yerusalem (Baitul Maqdis). Gagasan ini dinilai batil dan termasuk ke dalam bentuk pengkhianatan kepada umat. Sebab hal ini sangat mustahil, bahkan justru menjadi bukti nyata bahwa lembaga PBB maupun Barat tidak benar-benar ingin menyelesaikan akar permasalahan Palestina.

(6) seruan boikot produk Yahudi dan negara yang terafiliasi dengannya. Sikap ini walaupun cukup berhasil menekan Zionis Yahudi pada aspek ekonomi, tetapi tetap tidak efektif untuk menghentikan penjajahan Zionis Yahudi atas Palestina. Sebab akar masalahnya tidak bisa diselesaikan dengan tuntas.

Solusi Syar’i Konflik Palestina-Israel

Jika konflik Israel-Palestina ini ingin segera tuntas, maka harus ada solusi yang syar’i. Yaitu dengan membangun kesadaran umat untuk melakukan perubahan. Dengan cara menggerakkan seluruh potensi umat yang ada melalui pemikiran dan kesadaran peran politik para ulama, mubaligah dan seluruh elemen yang ada. Mereka harus bersama-sama bergerak dan berjuang di tengah-tengah umat untuk segera menegakkan negara Khilafah Islamiah.

Ketika negara Khilafah tegak, khalifah atau imam akan segera menyeru kepada seluruh elemen umat Islam (termasuk MUI, ulama, mubalighah, dan masyarakat) untuk membebaskan Palestina berdasarkan pada solusi yang syar’i sesuai dengan hukum syarak.

Seperti yang terjadi di masa kekuasaan pemerintah Salahuddin Al Ayyubi (Saladin). Beliau melakukan berbagai upaya strategis untuk mewujudkan Perang Hittin (1187) yaitu perang kaum muslim dengan tentara Salib. Perang untuk membebaskan wilayah Al-Quds (baca: Palestina) hingga akhirnya kemenangan berada di pihak kaum muslim.

Strategi ini dilakukan oleh Saladin dengan cara menggerakkan para ulama agar hadir di tengah-tengah umat Islam. Mereka diperintahkan untuk menyerukan persatuan wilayah-wilayah kaum muslim yang terpecah belah. Hingga akhirnya seluruh wilayah kaum muslim kembali bersatu dan tentara mereka mampu mengalahkan kaum kafir penjajah yang dipimpin oleh Raja Guy serta banyak pemimpin tentara Salib lainnya.

Oleh karena itu, supaya keberhasilan tersebut kembali diraih, maka umat Islam hari ini harus bersatu. Dengan persatuan akan lahir kekuatan umat Islam. Kekuatan umat Islam hanya bisa terwujud ketika negara Khilafah Islamiah tegak. Hanya dengan negara Khilafah Islamiah seruan jihad bisa secara sah dan syar’i dilakukan. Baik kepada tentara negeri-negeri muslim maupun kepada seluruh umat Islam yang memiliki kemampuan untuk melakukan jihad fi sabilillah.

Sesungguhnya kewajiban perang bagi umat Islam untuk melawan orang kafir dan mengusir mereka dari tanah umat Islam. Allah SWT telah memerintahkannya di dalam Al-Qur’an surah Al-Baqarah ayat 190, “Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, tetapi jangan melampaui batas. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.”

Lalu dalam hadis Rasulullah saw., “Sesungguhnya seorang imam (penguasa) itu (bagaikan) perisai. Orang-orang berperang di belakangnya,  dan juga berlindung dengannya. Maka jika ia memerintahkan (berdasarkan) takwa kepada Allah ta’ala dan berlaku adil, maka baginya pahala. Akan tetapi jika ia memerintahkan tidak dengan (takwa pada Allah dan tidak berlaku adil) maka ia akan mendapatkan balasannya.”  (HR. Muslim).

Dengan demikian, sesungguhnya dengan tegaknya Khilafah, konflik Israel-Palestina akan selesai dengan tuntas hingga ke akar-akarnya. Sebab hanya Khilafah yang akan mampu mengusir dan membebaskan Palestina dari penjajahan Zionis Yahudi.

Wallahu a’lam bishshawab. [SM/Ah]