Suaramubalighah.com, Mubalighah Bicara— Menutup hiburan malam selama Ramadan adalah kebijakan yang terus berulang setiap tahun dengan alasan menghormati umat Islam yang sedang menjalankan ibadah puasa. Bahkan, masing-masing kepala daerah mengeluarkan surat edaran (SE) untuk membuat aturan penutupan sementara tempat hiburan malam disesuaikan dengan kondisi daerah masing masing. Namun, ada daerah yang tidak menutup tempat hiburan malam yang berada di hotel-hotel berbintang.
Sekuler
Menyikapi hal tersebut, aktivis muslimah Qisthi Yetty Handayani mempertanyakan sikap pemerintah yang hanya menutup tempat hiburan ketika Ramadan. “Telah tampak jelas, kebijakan menutup hiburan malam selama Ramadan membuktikan negara ini makin sekuler dan kapitalistik,” ucapnya kepada MNews, Kamis (6-3-2025).
Ia menjelaskan, tentu semua tahu, yang namanya tempat hiburan malam tidak akan jauh dari kemaksiatan. “Lalu, kenapa hanya ditutup selama bulan suci Ramadan saja? Padahal namanya kemaksiatan di bulan apa pun tetap maksiat dan harus dilarang,” jelasnya.
Kemaksiatan, lanjutnya, seharusnya dicegah, dilarang, diberi sanksi bagi pelakunya. “Namun, yang terjadi sebaliknya, kemaksiatan dibiarkan, bahkan difasilitasi dengan kebijakan operasionalnya selama Ramadan. Jelas bahwa kebijakan ini merupakan bentuk normalisasi kemaksiatan. Tentu alasannya tidak jauh dari manfaat ekonomi untuk memfasilitasi bagi yang membutuhkan,” bebernya.
Sekularisasi
Qisthi menjelaskan, melarang tempat maksiat hanya selama Ramadan adalah bukti sekularisasi. “Syariat Islam hanya sekadar dihormati di bulan Ramadan, sementara di luar Ramadan tidak ada perhatian dan penghormatan terhadapnya adalah ciri khas dari negara sekular yang sama sekali tidak memandang penting syariat Islam dalam pengaturan bangsa dan negara,” paparnya.
Ia menyampaikan, negara seharusnya bertanggung jawab menciptakan kehidupan masyarakat yang beriman dan bertakwa sepanjang waktu tidak hanya di bulan Ramadan. “Masyarakat yang beriman dan bertakwa akan terwujud bila negara menerapkan syariat Islam kaffah dan menutup semua pintu kemaksiatan termasuk hiburan malam, panti pijat, bar, dan lain-lain,” jelasnya.
Menurutnya, selama negara ini sekuler dan kapitalistik, dipastikan kemaksiatan akan dibiarkan, bahkan dinormalisasi selama menguntungkan baik secara materi atau harta dan hawa nafsu manusia. “Harapan satu-satunya bagi umat Islam adalah terwujudnya negara yang berasas akidah Islam dan menerapkan syariat Islam secara kaffah,” tandasnya. [SM/Ah]