Becermin pada Perjuangan Rasulullah ﷺ Saat dan Pasca-Ramadan

  • Opini

Oleh: Ustadzah Rahmah

Suaramubalighah.com, Opini —Ramadan adalah bulan penuh berkah, bulan penuh ampunan, dan bulan dilipatgandakan pahala amal ibadah. Oleh karenanya, pada bulan suci Ramadan, kaum muslim sibuk dengan berbagai ibadah, antara lain tadarus (mendaras Al-Qur’an), tadabur Al-Qur’an, kajian keislaman, pesantren Ramadan, berzikir, bersedekah, menyediakan takjil untuk buka puasa, iktikaf, salat Tarawih, dan ibadah lainnya. Seakan-akan memang seperti itulah yang Rasulullah ﷺ contohkan bersama para sahabat, yaitu memenuhi Ramadan dengan berbagai aktivitas ibadah.

Memang benar bahwa Rasulullah ﷺ dan para sahabat menghiasi Ramadan dengan ibadah, bahkan rata-rata mereka mengkhatamkan Al-Qur’an minimal sehari sekali. Akan tetapi, Rasulullah ﷺ juga mengisi Ramadan dengan perjuangan, termasuk berperang.

Saat bulan suci Ramadan 2 H atau 630 M, Rasulullah ﷺ dan para sahabat menghadapi Perang Badar. Perang Badar merupakan perang akbar yang membutuhkan pengorbanan besar, baik fisik maupun psikis. Ini karena perang dilakukan saat saum Ramadan, dalam kondisi lapar dan dahaga. Di samping itu, ini adalah perang yang tidak direncanakan, bahkan pasukan Rasulullah ﷺ saat itu tidak sebanding dengan jumlah pasukan musuh yang jumlahnya tiga kali lipat.

Strategi Memenangkan Perang

Untuk memenangkan Perang Badar, strategi yang Rasulullah ﷺ lakukan adalah menanamkan pada diri para sahabat bahwa perang ini pasti mereka menangkan karena mereka adalah kaum muslim yang memiliki sumber kekuatan yang luar biasa, yaitu quwwatur-ruhiyah, sebuah kekuatan yang mahadahsyat, keyakinan akan pertolongan Allah. Kekuatan ini tidaklah dimiliki kaum kafir.

Selain itu, penanaman keyakinan akan menang ini dibarengi dengan memaksimalkan semua strategi, daya juang yang tinggi, hingga doa. Perhatikan bahwa Allah telah berjanji akan memberi kemenangan kepada kaum muslim atas musuh-musuhnya, sekalipun jumlahnya lebih banyak. Firman Allah dalam QS Al-Baqarah ayat 249, “Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah beserta kaum yang sabar.”

Allah juga berjanji memenangkan/ menolong kaum muslim yang menolong agama Allah. Firman Allah dalam QS Muhammad ayat 7, “Hai kaum mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” Demikianlah, Perang Badar pun berakhir dengan kemenangan gemilang.

Selanjutnya, masih saat Ramadan 8 H atau 630 M, Rasulullah ﷺ dan para sahabat segera menyusun strategi menaklukkan Kota Makkah dengan damai. Ibnu Hisyam menuliskan dalam kitab sirahnya bahwa Rasulullah ﷺ berangkat ke Makkah pada 10 Ramadan bersama 10.000 kaum muslim. Dalam suasana Ramadan itu, Rasulullah ﷺ dan para sahabat menempuh perjalanan sekitar 500 kilometer. Beliau ﷺ berupaya agar perang tersebut tidak menimbulkan perlawanan berarti dari pihak Quraisy. Itulah sebabnya beliau ﷺ berusaha keras untuk menyembunyikan informasi penaklukan Kota Makkah ini agar tidak sampai ke pihak Quraisy. Ini  agar mereka tidak sempat menyiapkan pasukan yang besar dan meminta bantuan dari pihak lain, serta memobilisasi kekuatan yang tentu saja akan menimbulkan perang besar dan sengit, benturan keras, dan jatuhnya banyak korban.

Selanjutnya, strategi yang Rasulullah ﷺ lakukan saat sudah mendekati Kota Makkah, justru beliau ﷺ menunjukkan pasukan kaum muslim dengan jumlah yang sangat banyak dan persiapan senjata yang lengkap dengan kekuatan dahsyat di depan mata Abu Sufyan—yang saat itu baru saja masuk Islam. Tujuannya adalah agar Abu Sufyan segera mengabarkan kepada pihak kafir Quraisy akan besarnya pasukan kaum muslim mengenai kegagahan mereka dan kelengkapan senjatanya sehingga tidak mungkin kaum kafir Quraisy mampu menghadapinya. Dari sini, Abu Sofyan diharapkan memengaruhi kaum kafir Quraisy agar menyerah.

Dengan demikian, penaklukan Kota Mekkah menjadi penaklukan yang damai, tidak terjadi peperangan besar dan berkecamuk, kecuali perang kecil yang terjadi di Khandamah yang dengan cepat mampu ditumpas oleh pasukan Khalid bin Walid.

Tidak berhenti sampai di situ, pasca-Ramadan, Rasulullah ﷺ tetap menggelorakan semangat perjuangan, bahkan setelah penaklukan Kota Makkah dilanjutkan Perang Hunain. Perang Hunain terjadi pada Syawal 8 H di Lembah Hunain, sebuah lembah yang menjadi penghubung Kota Makkah dan Thaif. Perang ini diikuti oleh 12.000 pasukan, terdiri dari 10.000 kaum muslim yang tinggal Kota Madinah, dan 2.000 dari Kota Makkah.

Sementara itu, Perang Thaif terjadi pada Syawal 8 H setelah meletusnya Perang Hunain. Dalam perang ini, pasukan kaum muslim mengejar sisa-sisa pasukan Quraisy yang melarikan diri dari Perang Hunain dan bersembunyi di dalam benteng kota yang kokoh. Sejarah mencatat kemenangan gemilang ada pada kaum muslim.

Becermin pada Perjuangan Rasulullah ﷺ

Dari becermin pada perjuangan Rasulullah ﷺ dan para sahabat, kita bisa menyaksikan bahwa Ramadan, Syawal, dan Zulkaidah adalah bulan perjuangan Rasulullah ﷺ dan para sahabat. Mereka adalah kaum yang layak mendapatkan Janah Firdaus. Mereka berhasil dengan gemilang menorehkan tinta emas, mencapai kesuksesan besar dan kemenangan pada Perang Badar, Perang Hunain, Perang Thaif, dan fatah (penaklukan) Makkah dengan damai. Hal ini tentu tidak lepas dari hikmah ibadah Ramadan yang mereka raih, yaitu bertakwa.

Firman Allah dalam QS Al-Baqarah ayat 183, “Hai kaum yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas kaum sebelum kamu agar kamu bertakwa.”

Rasulullah ﷺ dan para sahabat meningkatkan diri sampai pada puncak ketakwaan, yaitu berjihad di jalan Allah. Inilah takwa yang sebenarnya, sebagaimana dalam firman Allah QS Ali Imran ayat 102, “Hai kaum yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam Keadaan beragama Islam.”

Imam Zamakhsari menafsirkan حَقَّ تُقَاتِهِ , yaitu benar-benar melaksanakan perintah Allah dan meninggalkan larangannya. (Imam Zamakhsari, Tafsir al-Kassaf, Juz I, hlm. 306). Juga Ibnu Katsir menafsirkan, “Hendaklah taat dan janganlah bermaksiat.” Sedangkan Imam Jalalain menafsirkan, “Hendaklah taat, maka janganlah bermaksiat; hendaklah bersyukur, maka janganlah kufur; hendaklah ingat (kepada Allah), maka janganlah lupa.” (Tafsir Jalalain, Juz I, hlm. 394).

Oleh sebab itu, Ramadan harus menjadi momen perubahan besar. Ramadan akan menjadikan pribadi-pribadi bertakwa, keluarga-keluarga bertakwa, masyarakat dan negara yang bertakwa. Bertakwa berarti melaksanakan perintah Allah dan meninggalkan larangan-Nya di seluruh aspek kehidupan.

Dengan kata lain, orang yang bertakwa harus meninggalkan maksiat, meninggalkan hukum buatan manusia, meninggalkan kapitalisme, materialisme, liberalisme, dan isme-isme lain secara total, dan bersegera menerapkan syariat Islam secara kaffah.

Ramadan Bulan Perubahan

Allah Swt. berjanji bahwa kaum bertakwa akan memperoleh kemenangan. Bertakwa mengharuskan kita senantiasa melangkahkan kaki sesuai dengan arahan Al-Qur’an. Sebab hanya dengan berpedoman pada Al-Qur’an inilah, bisa menjadikan kita bertakwa dan memperoleh kemenangan.

Rasulullah ﷺ bersabda, “Sesungguhnya Al-Qur’an ini adalah tali Allah yang kokoh, dialah cahaya yang nyata, ia juga obat yang bermanfaat, pencegah dosa bagi siapa pun yang berpegang teguh kepadanya, dan kemenangan bagi siapa saja yang mengikutinya.” (HR Hakim).

Ramadan dan pasca-Ramadan adalah bulan perubahan, perjuangan, dan pengorbanan. Inilah yang kita lihat pada diri Rasulullah ﷺ dan para sahabat. Setelah Perang Badar, bukan istirahat pulang kembali ke Madinah, melainkan dilanjutkan dengan fatah Makkah. Setelah itu dilanjutkan dengan Perang Hunain, Perang Thaif, lalu Umrah Wada’ (الْوَدَاعِ).

Semua perjuangan Rasulullah ﷺ ini seharusnya menjadi motivasi kuat bagi kita untuk makin giat dan semangat mengubah kondisi umat yang tengah terpuruk dalam seluruh lini kehidupan akibat menerapkan sistem sekuler kapitalisme, aturan buatan manusia.

Khatimah

Inilah saatnya umat Islam sadar untuk melakukan perjuangan dalam rangka melanjutkan kehidupan Islam sebagaimana yang Rasulullah ﷺ contohkan. Sudah saatnya umat Islam kembali kepada aturan yang datang dari Allah Yang Maha Pencipta dan Maha Pengatur. Jika ingin segera keluar dari permasalahan, tidak ada jalan lain, kecuali menerapkan Islam secara menyeluruh dalam seluruh aspek kehidupan.

Dengan becermin pada perjuangan Rasulullah ﷺ saat dan pasca-Ramadan, menjadikan kita makin semangat berjuang menghadirkan Islam kafah sebagai solusi atas seluruh permasalahan kehidupan. Insyaallah akan segera datang kemenangan, sebagaimana janji Allah untuk kaum yang membela dan menolong agama-Nya. Firman Allah dalam QS Muhammad ayat 7, “Hai kaum mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.”

Imam Al-Qaththan menafsirkan ayat ini, “Hai kaum mukmin, tolonglah agama Allah dengan melakukan berbagai aktivitas, antara lain menolong syariat-Nya, melaksanakan kewajiban-kewajiban yang telah ditetapkan dalam Islam, menjalankan aktivitas kehidupan berdasarkan minhaj yang lurus (sesuai Al-Qur’an-Hadis), niscaya Allah akan menolongmu dengan mengalahkan musuh-musuhmu dan meneguhkan kedudukanmu.

Ini adalah janji yang benar dari Allah. Sungguh, kaum mukmin terdahulu telah memperoleh pertolongan dari Allah, maka sekarang kami adalah kaum yang mencari pertolongan Allah dengan menolong agama-Nya dan berjalan sesuai minhaj-Nya sehingga Allah menolong kami dan menetapkan kedudukan kami, serta Allah tidak mengingkari janji.” (Imam Al-Qaththan, Tafsir Al-Qaththan, Tafsir QS Muhammad ayat 7).

Sementara itu, Imam Zamaksyari menafsirkan, “Hai kaum mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah dan Rasul-Nya, niscaya Dia akan menolongmu atas musuhmu, menaklukkan wilayah untukmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (Imam Zamaksyari, Tafsir Al-Kasysyaf, Tafsir QS Muhammad ayat7). Wallahu a’lam. [SM/Ah]